Mengarang itu Gampang?
Oleh: Sukarni
Kebanyakan orang menyatakan bahwa pekerjaan menulis atau mengarang itu susah. Entah menulis puisi, cerpen,novel, esai, artikel, apalagi karya ilmiah.Mungkin susahnya sebanding dengan Matematika atau Statistik bagi orang yang disiplin ilmunya berada di luar bidang Mipa atau eksak. Tetapi mengarang justru lebih susah ketimbang kedua ilmu kelompok eksak tersebut, kata sebagian orang baik yang berada dalam rumpun eksak maupun di luarnya. Bahkan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra atau pun guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia masih banyak yang menyebutnya mengarang itu tidak gampang. Dengan beraneka ragam alasan yang dikemukakan. Mulai dari tidak ada waktu, belum sempat, tidak paham caranya, tidak suka, dan bahkan ada yang terang-terangan bilang “malas”. Berbagai alasan tersebut, yang sampai saat ini masih paling sulit ditemukan obatnya adalah alasan yang terakhir. Tetapi justru alasan yang terakhir itu yang paling banyak penganutnya. Ini memang cukup berbahaya bagi dunia kreativitas dan aktivitas.
Sebenarnya banyak juga pengarang yang justru berasal dari luar disiplin ilmunya. Misalnya Taufik Ismail sebagai pelopor penyair Angkatan 66 hingga kini masih giat berkarya. Dia berlatar belakang disiplin ilmu Kedokteran Hewan, sampai tamat. Bahkan sempat mengajar atau menjadi asisten dosen dalam salah satu mata pelajaran atau mata kuliah pada lingkup disiplin ilmu tersebut. Memang Dia juga pernah belajar di Kairo Mesir dalam bidang Bahasa dan Sastra, namun tidak sampai selesai. Begitu juga pengarang roman yang dianggap sebagai kisah nyata, Siti Nurbaya, adalah seseorang yang berlatar belakang pendidikan kelompok IPA. Marah Rusli seorang dokter hewan alumni IPB Bogor (sekarang). Sedangkan Abdoel Moeis, pengarang Salah Asuhan, pernah duduk di Fakultas Kedokteran UI, walaupun tidak sampai selesai. Satu lagi yang dekat dengan saya, Wahyudi Asmaramany, pengarang novel Jiwa-Jiwa Bercahaya dan dwiloginya dalam proses penerbitan yang berjudul Cahaya Cinta Sang Illahi. Dia adalah pegawai Bankaltim yang berlatar belakang pendidikan MAN 2 Samarinda (IPA) dan S1 di Mipa Unmul. Kabarnya sekarang karyanya sudah sampai di Australia.
Memang banyak pengarang lain yang juga terkenal dengan latar belakang pendidikan yang sesuai. Lalu saya jadi bertanya, apakah yang harus pandai mengarang hanya orang-orang yang berlatar belakang pendidikan dalam ilmu-ilmu sosial, bahasa, atau pun sastra? Tentu saja Anda sepakat menjawab “Tidak”. Sebab, akan sangat tidak mungkin lulusan fakultas Sastra mengarang tentang eksak. Kalau pun ada barangkali patut dipertanyakan kesahihannya. Akan tetapi, sangat mungkin orang-orang kalangan eksak akhirnya juga dapat menjadi sastrawan: novelis, sineas, cerpenis, atau pun penyair tersohor.
Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa siapa saja berpotensi untuk menjadi pengarang, tergantung kemauan. Masalah kemampuan jangan dijadikan kendala. Tentang kualitas tak perlu Anda khawatirkan. Hal itu akan berjalan seiring waktu. Yang penting, kalau mau menulis jangan enggan membaca. Karena dengan membaca, terutama bahan bacaan yang sesuai dengan materi yang direncanakan akan ditulis, akan memberikan inspirasi, ilmu, pengetahuan, dan bahkan motivasi dari niat Anda tadi. Bahkan Arswendo memberi motivasi kepada kita dalam bukunya Mengarang Itu Gampang, agar kita mau mencoba dan terus mencoba menulis, tentang apa saja. Tak perlu takut salah atau tak bermutu. Septiawan Santana dalam bukunya Menulis Itu Ibarat Ngomong juga demikian, menyebutnya bahwa menulis atau mengarang itu ibaratkan saja seperti Anda “ngomong”, dengan enak tanpa beban. Tiap kata keluar begitu saja, mengalir bagai air. Yang penting kata-kata, ekspresi, dan efeknya diatur sedemikian rupa agar lawan bicara cocok mendengarkannya. Lain lagi dengan Edy Zaqeus, penulis buku Resep Cespleng Menulis Buku Bestseller. Dia menunjukkan syarat mudah untuk menjadi penulis bestseller, adalah:
• tahu teknik-teknik yang paling efektif untuk menulis buku
• mau menyisihkan waktu dan disiplin menulis
• mau berlatih menulis secara kontinyu
• dapat menemukan topik-topik yang dibutuhkan atau diminati masyarakat
• memiliki motivasi yang kuat untuk menulis (buku)
• punya mindset sebagai “penjual gagasan”
Menurut Setiawan G. Sasongko dalam bukunya Trik Instan Bikin Cerita Remaja, bahkan imajinasi Anda dapat dirupiahkan. Anda dapat ekspresikan imajinasi ke dalam bentuk cerpen, novel, atau pun skenario. Karya-karya Anda dapat ditawarkan ke media cetak maupun media elektronik yang kini begitu menjamur di republik ini. Daripada imajinasi itu hanya berupa khayalan yang bersarang di otak Anda, mendingan ditulis,jadikan rupiah. Tak usah pusing mencari gagasan untuk cerita, sebab pengalaman pribadi Anda sendiri adalah sumber inspirasi yang tak akan habis dimakan waktu. Memang tidak harus terlalu bersumber pada pengalaman pribadi semata. Untuk menjadikan cerita lebih kompleks, tidak ada salahnya Anda menarik pengalaman orang lain. Tentu saja pengalaman tadi tidak senyata-nyatanya ditulis begitu saja, tanpa “dilebai-lebaikan”. Justru di sinilah Anda dapat mengungkapkan gagasan-gagasan lain yang terpendam. Titipkan pada tokoh utama ataupun tokoh bawahan. Posisikan Anda sebagai tokoh utamanya, walaupun namanya adalah bukan nama Anda. Hal ini untuk memantapkan penghayatan Anda sehingga dapat mengarahkan jalannya cerita hingga sampai sasaran yang Anda inginkan.
Lebih ekstrim lagi, R.S. Rudatan dalam bukunya, Menjadi Kaya dengan Menulis mengemukakan bahwa Anda semua mempunyai peluang untuk menjadi jutawan. Memang ada berbagai cara tersedia untuk meraih penghasilan besar, misalnya dengan bekerja keras, menggeluti MLM atau Network Marketing, mengikuti kuis Who Wants to be Millionaire di salah satu stasiun TV, atau mendapatkan kekayan lewat internet. Memang tidak semua orang dapat melakukan hal di atas karena berbagai alasan masing-masing. Menurutnya masih ada satu jalan lain lagi yang dapat Anda lakukan guna memperoleh penghasilan besar dalam waktu yang relatif singkat adalah dengan membuat tulisan di media massa. Anda bebas menulis apa saja, artikel, cerpen, novel, puisi atau apa saja yang Anda bisa. Sebulan tak kurang dari 5 juta dapat Anda kantongi penghasilan dari menulis tadi. Bahkan ada seorang mantan siswa saya, gara-gara cerpen pertamanya dinilai bagus, langsung ditawari untuk menulis novel , akan dibeli 40 juta untuk diterbitkan diterbitkan
Untuk memperoleh semua itu, Anda hanya perlu menggunakan alat yang sudah Anda miliki, yakni otak, ilmu pengetahuan, dan pengalaman hidup. Anda juga perlu memperbarui sikap Anda. Karena sikap inilah yang sesungguhnya akan menentukan apakah Anda akan berhasil dalam menulis atau tidak. Keberhasilan seseorang ditentukan oleh sebagian besar sikap, cara pandang, dan pola berpikirnya.
Samarinda, 23 Juni 2010
DAFTAR BACAAN
Atmowiloto, Arswendo. 2001. Mengarang Itu Gampang.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
http://biografitokohdunia.wordpress.com/2009/11/18.abdoelmoeis/
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/11/biografi-taufik-ismail.html/
Rudatan, R.S. 2006. Menjadi Kaya dengan Menulis. Jakrta: Penerbit Andi.
Rusli, Marah. 2006 (cet. ke-40). Sitti Nurbaya (Kasih Tak Sampai). Jakarta: Balai Pustaka.
Santana K., Septiawan. 2007. Menulis itu Ibarat Ngomong. Jakarta: Kawan Pustaka.
Sasongko, Setiawan G. 2006. Rupiahkan Imajinasimu TRIK INSTAN Bikin CERITA REMAJA (Novel Cerpen Skenario). Jakarta: Sisma DigiMedia
Zaqueus, Edy. 2008. Resep Cespleng Menulis Buku Bestseller. Tangerang: Fifestar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar