Jumat, 25 Juni 2010

Email buat Seorang Kawan yang Mencemooh

Email buat Seorang Kawan yang Mencemooh
MAN 2 Samarinda
Oleh: Sukarni

MAN 2 baru tak akan pernah lahir dalam suatu kuartal atau pun satu semester. Jika Saudara berpikir bahwa sebuah perubahan yang besar akan terjadi dalam waktu 1000 hari, inilah yang harus saya bisikkan kepada Saudara: “Angka “1000” di sini mirip dengan “1001 malam” atau “langit ke tujuh” : bilangan yang lebih bersifat retoris ketimbang matematis. Kita tak dapat menggunakannya sebagai mistar pengukur. Kita hanya dapat memperlakukannya sebagai pembangkit imajinasi.

Tapi Saudara jangan menganggap bahwa sesuatu yang retoris adalah sesuatu yang tak bersungguh-sungguh. Imajinasi bukanlah bagian dari khayal kecil. Maka ketika Kepala Madrasah (“Suratman”) berkata akan menunjukkan sebuah prestasi dalam waktu “1000 hari”, Saudara dan saya tak perlu berpikir tentang sesuatu yang akan tiba cepat, tetapi kita siap untuk menyaksikan sesuatu yang berarti.

Sesuatu yang berarti itu adalah harapan. Harapan di MAN 2 dewasa ini artinya bersahaja tapi tak dapat didefinisikan. Ia hanya dapat dimaknai sebagai lawan kata dari sinisme. Mempunyai harapan adalah tidak bersikap serta-merta mencemooh dan berburuk sangka kepada apa saja dalam kehidupan bersama. Harapan juga lawan kata dari apati, sikap yang tak peduli lagi terhadap apa pun yang dilakukan bagi kepentingan madrasah. Kepemimpinan ini sebenarnya lahir dari harapan sebagai lawan kata dari sinisme dan apati. Saudara tahu, kan, Kepala Madrasah yang sekarang duduk di ruang sana karena dipilih dengan penuh perhitungan yang begitu cermat dan teliti, baik dari arus bawah atau pun atas. Harus saya katakan bahwa optimisme kami berada dalam dosis yang tak berlebihan tapi memadai: Atasan memilih “Beliau” karena percaya bahwa perubahan – memang BUKAN mukjizat, Kawan – tapi, pasti akan terjadi.

Tapi Saudara menangkis: Perubahan apa sebenarnya yang akan dibuat? Mau dibawa ke mana MAN 2? Sebaiknya Saudara masuk ke dalamnya agar Saudara juga dapat membawa ke mana arahnya. Kalau Saudara di luar arena, mungkin Saudara hanya tak lebih seorang komentator dalam pertandingan sepakbola. Bila terjadi kekurangan atau ketidakcocokan menurut hati Saudara, luar biasa kritiknya. Namun, bila prestasi sebaliknya, tak dianggap apa-apa. Itu “lumrah”, wajar. ”Menurut saya, semua itu mengalir begitu saja”, begitu Saudara berkata. Bila tiada siapa-siapa, tak mungkin akan mengalir dengan sendirinya.

Harapan yang kini terbentuk, di madrasah ini bergerak bagaikan sebuah sekoci di tengah lautan dengan ombak yang tak pernah bisa diam. Bila pimpinan madrasah ini gawal sedikit saja, harapan itu akan hilang, dan MAN 2 akan selama-lamanya mencemooh dirinya sendiri.

Sebaiknya kita tahu, kekurangan orang lain bisa jadi adalah kelebihan Saudara. Atau sebaliknya, kelemahan Saudara, justru orang lain yang punya. Kalau kurang dan lebih tadi kita satukan, niscaya kesempurnaan lebih mudah untuk diraih. Maka, marilah kita berjalan bergandeng, bersama untuk mewujudkan impian yang mungkin tiap kepala kita berbeda. Namun, bila hati kita sudah menyatu, perbedaan tadi dapat kita pertumpul untuk lebih mempetajam visi dan misi yang sudah kita sepakati.

Samarinda, 25 Juni 2010

Kamis, 24 Juni 2010

Mengarang itu Gampang?

Mengarang itu Gampang?
Oleh: Sukarni
Kebanyakan orang menyatakan bahwa pekerjaan menulis atau mengarang itu susah. Entah menulis puisi, cerpen,novel, esai, artikel, apalagi karya ilmiah.Mungkin susahnya sebanding dengan Matematika atau Statistik bagi orang yang disiplin ilmunya berada di luar bidang Mipa atau eksak. Tetapi mengarang justru lebih susah ketimbang kedua ilmu kelompok eksak tersebut, kata sebagian orang baik yang berada dalam rumpun eksak maupun di luarnya. Bahkan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra atau pun guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia masih banyak yang menyebutnya mengarang itu tidak gampang. Dengan beraneka ragam alasan yang dikemukakan. Mulai dari tidak ada waktu, belum sempat, tidak paham caranya, tidak suka, dan bahkan ada yang terang-terangan bilang “malas”. Berbagai alasan tersebut, yang sampai saat ini masih paling sulit ditemukan obatnya adalah alasan yang terakhir. Tetapi justru alasan yang terakhir itu yang paling banyak penganutnya. Ini memang cukup berbahaya bagi dunia kreativitas dan aktivitas.

Sebenarnya banyak juga pengarang yang justru berasal dari luar disiplin ilmunya. Misalnya Taufik Ismail sebagai pelopor penyair Angkatan 66 hingga kini masih giat berkarya. Dia berlatar belakang disiplin ilmu Kedokteran Hewan, sampai tamat. Bahkan sempat mengajar atau menjadi asisten dosen dalam salah satu mata pelajaran atau mata kuliah pada lingkup disiplin ilmu tersebut. Memang Dia juga pernah belajar di Kairo Mesir dalam bidang Bahasa dan Sastra, namun tidak sampai selesai. Begitu juga pengarang roman yang dianggap sebagai kisah nyata, Siti Nurbaya, adalah seseorang yang berlatar belakang pendidikan kelompok IPA. Marah Rusli seorang dokter hewan alumni IPB Bogor (sekarang). Sedangkan Abdoel Moeis, pengarang Salah Asuhan, pernah duduk di Fakultas Kedokteran UI, walaupun tidak sampai selesai. Satu lagi yang dekat dengan saya, Wahyudi Asmaramany, pengarang novel Jiwa-Jiwa Bercahaya dan dwiloginya dalam proses penerbitan yang berjudul Cahaya Cinta Sang Illahi. Dia adalah pegawai Bankaltim yang berlatar belakang pendidikan MAN 2 Samarinda (IPA) dan S1 di Mipa Unmul. Kabarnya sekarang karyanya sudah sampai di Australia.

Memang banyak pengarang lain yang juga terkenal dengan latar belakang pendidikan yang sesuai. Lalu saya jadi bertanya, apakah yang harus pandai mengarang hanya orang-orang yang berlatar belakang pendidikan dalam ilmu-ilmu sosial, bahasa, atau pun sastra? Tentu saja Anda sepakat menjawab “Tidak”. Sebab, akan sangat tidak mungkin lulusan fakultas Sastra mengarang tentang eksak. Kalau pun ada barangkali patut dipertanyakan kesahihannya. Akan tetapi, sangat mungkin orang-orang kalangan eksak akhirnya juga dapat menjadi sastrawan: novelis, sineas, cerpenis, atau pun penyair tersohor.

Akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa siapa saja berpotensi untuk menjadi pengarang, tergantung kemauan. Masalah kemampuan jangan dijadikan kendala. Tentang kualitas tak perlu Anda khawatirkan. Hal itu akan berjalan seiring waktu. Yang penting, kalau mau menulis jangan enggan membaca. Karena dengan membaca, terutama bahan bacaan yang sesuai dengan materi yang direncanakan akan ditulis, akan memberikan inspirasi, ilmu, pengetahuan, dan bahkan motivasi dari niat Anda tadi. Bahkan Arswendo memberi motivasi kepada kita dalam bukunya Mengarang Itu Gampang, agar kita mau mencoba dan terus mencoba menulis, tentang apa saja. Tak perlu takut salah atau tak bermutu. Septiawan Santana dalam bukunya Menulis Itu Ibarat Ngomong juga demikian, menyebutnya bahwa menulis atau mengarang itu ibaratkan saja seperti Anda “ngomong”, dengan enak tanpa beban. Tiap kata keluar begitu saja, mengalir bagai air. Yang penting kata-kata, ekspresi, dan efeknya diatur sedemikian rupa agar lawan bicara cocok mendengarkannya. Lain lagi dengan Edy Zaqeus, penulis buku Resep Cespleng Menulis Buku Bestseller. Dia menunjukkan syarat mudah untuk menjadi penulis bestseller, adalah:
• tahu teknik-teknik yang paling efektif untuk menulis buku
• mau menyisihkan waktu dan disiplin menulis
• mau berlatih menulis secara kontinyu
• dapat menemukan topik-topik yang dibutuhkan atau diminati masyarakat
• memiliki motivasi yang kuat untuk menulis (buku)
• punya mindset sebagai “penjual gagasan”

Menurut Setiawan G. Sasongko dalam bukunya Trik Instan Bikin Cerita Remaja, bahkan imajinasi Anda dapat dirupiahkan. Anda dapat ekspresikan imajinasi ke dalam bentuk cerpen, novel, atau pun skenario. Karya-karya Anda dapat ditawarkan ke media cetak maupun media elektronik yang kini begitu menjamur di republik ini. Daripada imajinasi itu hanya berupa khayalan yang bersarang di otak Anda, mendingan ditulis,jadikan rupiah. Tak usah pusing mencari gagasan untuk cerita, sebab pengalaman pribadi Anda sendiri adalah sumber inspirasi yang tak akan habis dimakan waktu. Memang tidak harus terlalu bersumber pada pengalaman pribadi semata. Untuk menjadikan cerita lebih kompleks, tidak ada salahnya Anda menarik pengalaman orang lain. Tentu saja pengalaman tadi tidak senyata-nyatanya ditulis begitu saja, tanpa “dilebai-lebaikan”. Justru di sinilah Anda dapat mengungkapkan gagasan-gagasan lain yang terpendam. Titipkan pada tokoh utama ataupun tokoh bawahan. Posisikan Anda sebagai tokoh utamanya, walaupun namanya adalah bukan nama Anda. Hal ini untuk memantapkan penghayatan Anda sehingga dapat mengarahkan jalannya cerita hingga sampai sasaran yang Anda inginkan.

Lebih ekstrim lagi, R.S. Rudatan dalam bukunya, Menjadi Kaya dengan Menulis mengemukakan bahwa Anda semua mempunyai peluang untuk menjadi jutawan. Memang ada berbagai cara tersedia untuk meraih penghasilan besar, misalnya dengan bekerja keras, menggeluti MLM atau Network Marketing, mengikuti kuis Who Wants to be Millionaire di salah satu stasiun TV, atau mendapatkan kekayan lewat internet. Memang tidak semua orang dapat melakukan hal di atas karena berbagai alasan masing-masing. Menurutnya masih ada satu jalan lain lagi yang dapat Anda lakukan guna memperoleh penghasilan besar dalam waktu yang relatif singkat adalah dengan membuat tulisan di media massa. Anda bebas menulis apa saja, artikel, cerpen, novel, puisi atau apa saja yang Anda bisa. Sebulan tak kurang dari 5 juta dapat Anda kantongi penghasilan dari menulis tadi. Bahkan ada seorang mantan siswa saya, gara-gara cerpen pertamanya dinilai bagus, langsung ditawari untuk menulis novel , akan dibeli 40 juta untuk diterbitkan diterbitkan

Untuk memperoleh semua itu, Anda hanya perlu menggunakan alat yang sudah Anda miliki, yakni otak, ilmu pengetahuan, dan pengalaman hidup. Anda juga perlu memperbarui sikap Anda. Karena sikap inilah yang sesungguhnya akan menentukan apakah Anda akan berhasil dalam menulis atau tidak. Keberhasilan seseorang ditentukan oleh sebagian besar sikap, cara pandang, dan pola berpikirnya.
Samarinda, 23 Juni 2010


DAFTAR BACAAN
Atmowiloto, Arswendo. 2001. Mengarang Itu Gampang.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
http://biografitokohdunia.wordpress.com/2009/11/18.abdoelmoeis/
http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/11/biografi-taufik-ismail.html/
Rudatan, R.S. 2006. Menjadi Kaya dengan Menulis. Jakrta: Penerbit Andi.
Rusli, Marah. 2006 (cet. ke-40). Sitti Nurbaya (Kasih Tak Sampai). Jakarta: Balai Pustaka.
Santana K., Septiawan. 2007. Menulis itu Ibarat Ngomong. Jakarta: Kawan Pustaka.
Sasongko, Setiawan G. 2006. Rupiahkan Imajinasimu TRIK INSTAN Bikin CERITA REMAJA (Novel Cerpen Skenario). Jakarta: Sisma DigiMedia
Zaqueus, Edy. 2008. Resep Cespleng Menulis Buku Bestseller. Tangerang: Fifestar

Selasa, 15 Juni 2010

Tentang Pengarang

BIOGRAFI PENGARANG

Tak banyak yang dapat disampaikan tentang penulis yang lahir di kota gandrung, Banyuwangi , 01 Juni 1966 ini. Anak bungsu dari 8 bersaudara ini menempuh sekolah dasarnya pada dua sekolah, di kota yang sama, tamat tahun 1980 selama 6,5 tahun. Ia termasuk korban penambahan beban kurikulum, menjadi satu setengah tahun di kelas lima. Sekolah lanjutan pertama penulis juga ditempuh di daerah kelahirannya, selesai tahun 1983. Melangkah ke Sekolah Menengah Atas, penulis bermaksud pisah sementara dengan orang tuanya, hijrah ke kota tape, Bondowoso. Penulis tidak betah di kota ini. Hanya setahun, setelah penjurusan program masuk IPA lalu kembali ke kota kelahirannya, melanjutkan pendidikan SMA-nya. Tahun 1986 penulis tamat dari SMA. Memang penulis tak pernah sempat belajar di luar negeri. Alias selalu di sekolah negeri.
Selepas SMA, penulis melanjutkan studinya ke Fakultas Sastra, Universitas Negeri Jember (Unej). Studinya di fakultas ini diselesaikan selama 4 tahun 3 bulan 21 hari dengan skripsinya Naskah Drama Abu Karya B. Sularto dalam Analisis Struktural dan Pragmatik. Penulis saat ini sedang menempuh pendidikan S2 pada program Pascasarjana Kependidikan Unmul.
Selain sebagai anggota pecinta alam (Swapenka) di kampusnya saat masih kuliah, penulis juga sebagai anggota + pemain aktif Kentrung/ Teater Djos (Dalam Jiwa Orang Sastra) Fakultas Sastra Unej.
Kecintaan penulis terhadap bidang bahasa dan sastra sudah ditunjukkan sejak sekolah dasar. Karya-karyanya yang berupa puisi mulai ditulis lebih serius sejak kelas dua SMA, yang kemudian diantaranya mendapat pujian dan penghargaan dalam Bengkel Sastra Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur sebagai yang terbaik. Hingga kini penulis masih aktif menulis puisi, cerpen, dan novel, walau hanya untuk dinikmati sendiri dan belum siap untuk diterbitkan. Untuk sementara ini karya-karyanya belum dipublikasikan secara luas.
Sejak pertengahan 2006 hingga saat ini, penulis mengabdikan diri sebagai guru Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia di MAN 2 Samarinda. Di madrasah tempat ia mengajar, penulis juga mendirikan kelompok teater bagi siswa-siswinya. Teater yang didirikannya sejak 2007 itu diberinya nama Teater Djaman (Dalam Jiwa Anak MAN). Penampilan teaternya sudah beberapa kali ditayangkan stasiun TVRI Kaltim dalam Baelang, dan diliput media cetak di Kalimantan Timur, serta mengikuti festival teater pada tingkat kota Samarinda ataupun provinsi Kalimantan Timur.

KUMPULAN PUISI AKU MALU

Ku Ingin Kembali
Oleh Karni Osing

Kutengok goresan luka
penuh di kepala
penuh di kaki
juga di hati.

Goresan yang kutoreh sendiri.
Kepala,
dunia semata yang dikaji.
Kaki,
kubiarkan jalang, tanpa kendali.
Hati,
mati terpatri.

Tapi,
Tuhan tak pernah henti
Membuka bazar
dengan rabat yang tinggi
Hapuskan luka kaki
luka hati.

Bulan suci
yang dinanti
tlah tiba Ramadhan ini

Kusambut kau
setulus hati
Ku ingin kembali
bak bayi

F i t r i
F i t r
i F i
t r
i
!

Samarinda, 21 Agustus 2009

Aku Memang Sombong

Aku Memang Sombong
Oleh Karni Osing

Mentari tak pernah henti bersinar
bumi tak jua bosan berputar
bulan pun tak penat beredar
dan bintang slalu berpancar

Kubilang,
tak ada yang istimewa.
Tak pernah
kupikirkan, siapa yang empunya.
Tak sempat
kurenungkan, di balik s’gala peristiwa.

Kuberjalan kemana
aku suka.
Aku tak merasa
apa-apa.

Perintah-Mu kutunai seolah
seremoni belaka.
Larang-Mu kuhindar
jika untungkan dunia.

Surga!?
Neraka!?
Tak jua ku pinta.

Terserah Kau!
Terserah aku!

Samarinda, 20 Agustus 2009

Satpam Asli

Satpam Asli
Oleh Karni Osing


Temanku,
Aku adalah pengaman
yang tegap gagah berani.
Siap melawan penjahat
juga pencuri.
Tak pernah takut
dengan tikus, kecoa, pun cacing
apalagi kremi.

Temanku,
Jangan ragukan
aku punya nyali.
Tak kenal perampok
Tak kenal geng sakti
‘kan kutumpas hingga mati

Temanku,
Jangan sangsikan
aku punya bukti
Sertifikat dari polisi
Hasil kursus
push up dan lari.
Walau aku sekedar
kirim identitas diri.
Yang penting bayar
Itu lah pasti.

Kupertaruhkan nyawa ini
‘tuk tugasku semata
nanti.

Samarinda, 11 Agustus 2009

Ada Saatnya

Ada Saatnya
Oleh Karni Osing

Saatku tidur di kolong atas parit
Saatku kayuh sepeda kusamku berderit
Saat istriku sedih menjerit
Saat anakku,
tak lantang bisa merintih.

Singkong
ibarat roti keju.
Sambal biji karet
bak cokelat nomor satu.
Daging siput
adalah gizi ‘tuk anakku.
Jantung pisang hutan
kupetik,
walau bukan tanamanku.

Di bawah atap daun
kami berlindung.
Sudah bocor,
lantai bergelembung.

Julai ranting koro
hingga di atas bubung.
Juga singgah
di sela-sela dinding yang lengkung.

Tak ‘kan kucerita
ini semua
kepada siapa
pun jua.

Kenangan manis
Pasti kan ada
Saatnya tiba
‘kan terasa.

Samarinda, 03 April 2001

Kutunggu Kau

Kutunggu Kau
Oleh Karni Osing

Kutunggu kau
di bawah hamparan bunga derita.
Yang kutabur,
Yang kusemai,
sendiri.

Tanpa dirimu.

Biar
aku jua yang tuai.
Hapus
Pupus

Datanglah
nanti.
Bila waktu tlah berganti.

Tanah Lot (Bali), 25 Desember 1993

Nasib

Nasib
Oleh Karni Osing

Nasib,
melemparku jauh ke sudut negeri.
Ilmu,
sungguh tak mau peduli.
Tak berarti.

Saat hidup
diburu materi,
Soal perut
harus diisi.
Dan harga diri
perlu bukti.

Iman,
hanya bekal untuk mati.
Kata mereka,
tak perlu lagi.

Akhlak,
apa itu?
Tak mampu
usir dahaga,
lapar,
dan derita.
Kata mereka,
tak berarti.

Namun,
di kelopak hatiku
berkata lain.

Nusa Dua (Bali), 13 Desember 1993

Buktikan Dulu

Buktikan Dulu
0leh Karni Osing

Kalau memang kau mau
Tak usah ragu
Pastikan langkahmu
‘tuk tangkap inginmu.

Ku ingin tau,
diam di sini.
Lihat tingkahmu,
yakinkan hati.

Bila kau ragu
Tak perlu maju!
Diam di situ!


Jember, 13 September 1986

Mengapa Kembali

Mengapa Kembali
0leh Karni Osing

Mendung masih bergayut kelabu
di langit-langit relung kalbuku.
Bangkai janjimu masih busuk berbau
menusuk lorong-lorong otakku.

Langit di balik sana
memang biru
Bulan lembut
cahyanya suci.
Madu pun tak pernah berubah rasa.

Hanya lidahmu yang ingin coba
cicipi pahitnya empedu.
Hanya kakimu yang ingin melangkah
Jejakkan tapak-tapak suram kelabu.

Sekarang kau t’lah tau,
rasa madu
rasa empedu.

Masihkah kau,
ingin mencoba lagi?


Jember, 15 Agustus 1986

Jangan Lagi

Jangan Lagi
0leh Karni Osing

Lilin mungil itu kembali menyala
Terangi hati yang remang gulita
Menembus merasuk dada
Merogoh relung
rongga-rongganya.

Mengetuk
Menyapa
dan bertanya.

Jangan kau ketuk pintuku!
Aku tak lagi butuh sapa.
Jangan kau sapa aku!
Aku tak lagi bisa ditanya.

Aku ingin lari dari bayang palsumu,
yang masih tertancap
di ujung jantungku.


Banyuwangi, 23 Juli 1986

Kibaskan Aku

Kibaskan Aku
0leh Karni Osing

Meleleh air mata duka
Sambal tomat membasuh muka
Sembilu, pilu mengiris rasa
Air garam tetesi luka
Sumbat nafas
Cabut s’gala asa.

Tikam aku
dengan belati egomu.
Daripada
bermain dengan teka-teki hampamu.

Banyuwangi, 03 Juli 1985

Retak

Retak
0leh Karni Osing

Batu pun di gunung
pecah terpukul.
Sahara di Afrika
retak terguncang.
Beringin kokoh
tumbang,
tercabut akarnya.

Rasakan pula yang sedang kurasakan.

Di antara batu-batu yang pecah
asaku masih terselip di sana.

Daun beringin layu, kuyu
jatuh, meluruh.
Bak cintamu yang kian merapuh.

Batu pecah hancur berpuing
jatuh berserak-porak.

Ibarat pula
kisah antara kita.

Banyuwangi, 27 Juni 1985

Retak

Retak
0leh Karni Osing

Batu pun di gunung
pecah terpukul.
Sahara di Afrika
retak terguncang.
Beringin kokoh
tumbang,
tercabut akarnya.

Rasakan pula yang sedang kurasakan.

Di antara batu-batu yang pecah
asaku masih terselip di sana.

Daun beringin layu, kuyu
jatuh, meluruh.
Bak cintamu yang kian merapuh.

Batu pecah hancur berpuing
jatuh berserak-porak.

Ibarat pula
kisah antara kita.

Banyuwangi, 27 Juni 1985

Bergaung Namaku

Bergaung Namaku
Oleh Karni Osing

Temanku,
Aku adalah fasilitator
Setelah pulang
dari gladiator.
Transfer ilmu dari para professor
Agar bertambah semangat yang kendor.

Temanku,
Aku adalah motivator
Yang siap tinggalkan kantor
‘tuk berbagi sesama tutor.

Temanku,
Siswa kutinggal
janganlah resah.
Asal karirku melejit arah
di luar angkasa
langitnya cerah.

Teman yang iri
usah banget diladeni.
Toh, namaku ngetop tegak berdiri
hingga bergaung di tetangga negeri.

Ciputat, 15 September 2006

Irjen

Irjen
Oleh Karni Osing

Pak Inspektur mau kunjungan
Aku jadi kelabakan
Berusaha menutup lobang
Kalau perlu harus ngutang.


Pak Inspektur mau datang
Aku pingin masuk kolongan
Aku takut, wajahnya garang
Salah melulu
benarnya jarang

Pak Inspektur kala datang
wajah dilipat
senyumnya hilang.
Diberi salam
Jawabnya anggukan.

Pak Inspektur waktunya makan malam
Tak ku biarkan jalan sendirian
Ku ajak ke sebuah restoran
yang belum pernah aku rasakan.

Pak Inspektur mau pulang
Jangan lupa bingkisan amplang,
batik asli untuk dikenang.
Temuan tak brarti, masukkan kranjang
Usah dibilang teman di gelanggang
Pasti kuantar sampai ke ranjang.
Entah dari mana itu kudapatkan
karna tak ada dalam anggaran.


Samarinda, 27 Oktober 2007

Aku Malu (1)

Aku Malu (1)
0leh Karni Osing

Aku malu, Tuhanku
K’tika ku sarat derita,
Kaulah kekasihku yang setia.

Saat ku ingin mulya,
Simpuhku,
sujud-rayuku
tak putus dari kalbuku.
Kau slalu kupuja

Saat kudapat
yang kupinta,
kadang kutak sempat waktu.

Samarinda, 23 Oktober 2008

Aku Malu (4)

Aku Malu (4)
Oleh Karni Osing

Aku malu, Temanku…
Di negeri ini, kita dibilang nomor satu,
bila kaca jendela masih bertengger debu.

Aku juga malu, Temanku…
Kita dibilang nomor satu,
bila selokan dan toilet masih sering tersumbat-buntu.

Aku masih malu, Temanku…
Kita dibilang nomor satu,
bila kita hadir masih tak tepat waktu.

Aku sungguh malu, Temanku…
Kita dibilang nomor satu,
bila kita tak hadir, tanpa memberi tau.

Aku juga sungguh malu, Temanku…
Kita dibilang nomor satu,
bila kita tak kenal dengan teman sebangku.

Aku lebih malu, Temanku…
Kita dibilang nomor satu,
bila diantara kita masih sering menggerutu.

Aku sungguh paling malu, Temanku…
Di negeri ini, kita dibilang nomor satu,
bila Pak Menteri tau dalam hati teman-temanku.


Samarinda, 25 Juli 2009

Lega Setengah Hati

Lega Setengah Hati
Oleh Karni Osing

Temanku,
Aku adalah pendidik
yang diakui
Oleh pemimpin negeri ini.

Walau dulu
aku harus menipu diri
Dalam proses
sertifikasi
Comot sana
Cabut sini

Awalnya
aku juga sangsi,
bila ini tak terbukti.
Jadilah aku
terpidana hingga mati.
Pupuslah apa
yang kunanti.

Di rumah
Aku jadi tambah geli
Ternyata aku
lulus dengan murni.

Lega hati
Ibarat habis minum kopi.
‘karna gajiku setara staf menteri.
Walau nunggunya
harus berperang urat nadi.


Samarinda, 29 Juli 2009

Aku Malu (5)

Aku Malu (5)
Oleh Karni Osing

Aku malu, Temanku…
Orang bilang,
aku guru yang sarat ilmu.
Padahal aku,
tak pernah baca buku.

Aku juga malu, Temanku…
Orang bilang,
aku guru yang cerdas dan bermutu.
Padahal aku,
masih suka lupa ‘kan tugas nomor satu.

Aku sangat malu, Temanku…
Orang bilang,
aku guru yang diakui negeri.
Padahal aku,
masih sering hilang dan pergi.

Aku paling malu, Temanku…
Orang bilang,
aku pegawai ikhlas beramal.
Tapi aku,
kadang masih kerja mengganjal.


Samarinda, 01 Agustus 2009

KBK

KBK
(Kurikulum Berbasis Kebingungan)
0leh Karni Osing

Anakku bertanya kepada ibunya,
Mengapa katak itu jalannya mesti melompat?
Ibunya menjawab,
Ibu tidak tau, Nak. Coba tanyakan kepada Bapakmu!

Anakku bertanya kepadaku,
Mengapa katak itu jalannya mesti melompat?
Aku menjawab,
Bapak tidak tau, Nak. Coba tanyakan kepada gurumu!

Anakku bertanya kepada gurunya,
Mengapa katak itu jalannya mesti melompat?
Gurunya menjawab,
Bu Guru tidak tau, Nak. Coba tanyakan kepada petugas perpustakaan!

Anakku bertanya kepada petugas perpustakaan,
Mengapa katak itu jalannya mesti melompat?
Dia menjawab,
Saya tidak tau, Dik. Buku tentang itu belum ada di sini.

Anakku pergi ke kebun, mencari katak,
untuk ditanyainya.



Makassar, 05 Februari 2004

Mohon Maaf

Saya belajar membuat blog dengan anak saya yang duduk di kelas 7 MTsN Model. Dia bisa mengajari sampai membuat tampilan saja, habis itu diserahkan kepada saya. Ternyata saya banyak mendapatkan kegagalan.
Waktu mengisi blog, maunya saya langsung terisi banyak, sebanyak keinginan yang ada di kepala dan dada, saya tumpahkan semua. Karya-karya puisi dalam kumpulan puisi saya "Aku Malu" saya kopi dan masukkan ke blog saya semua. Ternyata apa yang saya mau tak terkabul. Tulisan yang tadinya rapi dan bernilai seni masuk ke dalam blog tersebut jadi kacau balau bentuknya. Penuh, tapi tidak terbaca. Kemudian saya ulang coba lagi masukkan biodata yang sudah saya kirim lewat email. Ternyata berhasil. Itu pun hingga larut malam, hampir putus asa.
Sebelumnya juga begitu, saya mencari email Pak Adriyanto, lewat yahoo berkali-kali tidak ditemukan oleh Mbah Google. Dalam hati saya, ini Mbah Googlenya lagi ngambek atau bagaimana? Atau Pak Adriyanto ganti alamat email? Saya bertenya-tanya kepada teman-teman sekantor, ada yang bisa, menjawab, "Coba diulang dan diulang lagi". Saran itu saya turuti. Hasilnya belum ada. Katanya lagi, "Coba email Bapak ganti aja dengan yang sama dengan yang dicari." Maksudnya sama-sama dengan menggunakan "gmail", eee taunya bisa.
Namun sebelumnya, karena berkali-kali tidak berhasil mendapatkan email tadi, ketemulah yang namanya "face book" Pak Adriyanto.Maka biodata/perkenalan saya juga pernah saya kirimkan lewat face book tadi. Hal ini juga pernah saya adukan ke Pak Adriyanto lewat SMS.
Mohon maaf bila waktu kuliah, Sabtu lalu saya tidak konfirmasi, karena malu.

Sabtu, 12 Juni 2010

PERKENALAN

PERKENALAN
Nama : Sukarni
Nama dunia sastra : Karni Osing
Nama panggilan di kantor : Pak Karni
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Banyuwangi, 01 Juni 1966
Nama ibu kandung : (Alm.) Tukinem binti Sadjuri
Nama ayah : (Alm.) Sukardjo bin Sumoredjo
Jumlah saudara kandung : tujuh
Pekerjaan : PNS (Guru Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia)
Nama instansi : MAN 2 Samarinda
Alamat kantor : Jalan Harmonika 98 Samarinda 75123
Tlp. kantor : (0541) 741970
Nama istri : Purwati binti Ruseman
Nama anak : 1) Dipa Kurnia Abhinawa
2) Nrpaduhita Anindita Lovitasari
Hobi : membaca & menulis sastra
Alamat rumah : Perum Sambutan Asri H2/14,RT26, kode pos 75115, Samarinda
Tlp./HP : 0541-6242128/ 085250622861
Email : karniosing@gmail.com
Blog : http://sukarnilanang.blogspot.com


Riwayat Pendidikan:
1) SDN 2 Yosomulyo, Banyuwangi, tamat tahun 1980
2) SMPN 1 Benculuk, Banyuwangi, tamat tahun 1983
3) SMAN 1 Genteng (IPA), Banyuwangi, tamat 1986
4) (S1) Fak. Sastra, Universitas Negeri Jember (Unej) lulus 21 Maret 1991
5) (S2) Pascasarjana Kependidikan, Teknologi Pendidikan (sedang ditempuh)
Riwayat Pekerjaan:
1) Karyawan PT Tirta Mahakam Indonesia (1994-1996)
2) Guru Bahasa & Sastra Indonesia SMA PGRI 2 Samarinda (1996-1997)
3) Tutor Bimbel Erlangga Samarinda (1997-2002)
4) Tutor Bimbel Gadjah Mada Plus Samarinda (1998-2003)
5) Guru Bahasa & Sastra Indonesia SMU Islam Samarinda (2002-2003)
6) Guru Bahasa Indonesia & Sastra Indonesia MAN 2 Samarinda (1996-sekarang)
====================