Selasa, 03 Agustus 2010

Sambungan "Tarian Bidadari"

”Terlambat lagi?”.
Terdengar suara laki-laki yang tak asing lagi baginya. Fynzhya membalikkan badannya. Nampak seorang laki-laki bertinggi badan kira-kira 167 cm sudah berada di depannya sembari men-dribble bola basket berwarna oranye.
”Apa urusanmu!”, bentak Fynzhya.
”Tak ada, silahkan pergi”, ucap lelaki tersebut.
Kini Fynzhya kembali bersiap untuk berlari menuju kelasnya, namun sayang, kini di depannya sudah ada seorang laki-laki berkumis tebal memakai seragam putih biru dan memegang sebuah tongkat. Satpam!.
***
”Heh kamu!”, Fynzhya terkaget, ia lirik kanan kirinya, sepertinnya memang ia yang di panggil. Ia taruh sapu hijau yang ia pegang tepat di samping meja petugas perpustakaan.
”Saya bu?”, tanyanya sembari menunjuk dirinya sendiri.
”Ia kamu! Siapa lagi!”, ucap seorang guru padanya. Fynzya tahu, guru tersebut guru paling kiler di sekolahnya, kini ia hanya berharap tidak di telan mentah-mentah oleh guru tersebut. Fynzhya berjalan perlahan mendekati guru tersebut.
”Ambil airl, sirlam selurluh bunga yang ada di sekolah!”, ucap guru tersebut, terdengar agak sedikit cacat pada pengucapan ’r’.
Fuh, Fynzhya menghela nafas. ’untung aku tak dimakannya’, ucapnya dalam hati. Fynzhya segera mengambil ember kecil yang berada di belakang perpustakaan, kemudian mengambil beberapa liter air dari pancuran yang berada tepat di samping ember.
Kini ia lirik jam tangan pinknya, tepat pukul 10.00. jika ia hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk memanjat pagar, maka ia memerlukan waktu 4 jam mata pelajaran untuk membersihkan perpustakaan dan menyiram bunga satu sekolahan.
Fynzhya mengusap keringat yang mengucur di pelipisnya. Masih 30 menit lagi hingga anak-anak keluar untuk istirahat pertama, itu berarti ia tak bisa mengharap Ferdi untuk bisa membantunya.
”Ada yang bisa aku bantu?”.
Fynzhya menengok ke sumber suara. Ia tersenyum kemudian mengulurkan tanggan kirinya yang sedang memegang ember. ”Tolong ambilkan air ya Fer”.
Ferdi mengangguk kemudian mencoba membantu Fynzhya untuk mengambil air di kran belakang perpustakaan. ”Ini Fyn”, ucap Ferdi.
”Makasih ya”.
”Kok bisa kena hukum Fyn? Ketahuan manjat pagar ya?”, ledek Ferdi.
”Ya, biasalah, mungkin kali ini keberuntungan tidak berpihak padaku”, ujarnya sambil menyiram bunga pucuk merah yang banyak di temukan di sekolahnya.
”Pasti Rio?!”.
Fynzhya berhenti sejenak. ”Tau dari mana kamu?”, bentak Fynzhya. Entah mengapa ia pasti langsung mengamuk ketika mendengar nama Rio disebut. ”Tak usah sebut nama itu lagi”, ucapnya sebelum Ferdi menjawab pertanyaan yang ia berikan.
Teng...teng.... suara bel berbunyi, beberapa anak bersorak gembira. Namun Fynzhya dan Ferdi masih berkecimpung dalam kediaman mereka.
”Rara!”, teriak seseorang memanggilnya.
Fynzhya menengok kemudian melambaika tanganya, sedangkan Ferdi masih terdiam. ”Ia, ada apa Rizh?”.
”Mau ikut gak?”.
”Kemana?”.
”Kantin”.
”Ia ikut. Tunggu sebentar”, ucap Fynzhya.
”Cepat”.
”Maaf aku duluan Fer, kalau mau nyusul gak papa taruh saja Ember dan gayungnya di sini, nanti biar aku yang naruh di belakang ruang waka. Makasih atas bantuannya, arigatou gozaimasu ”.
Ferdi hanya terdiam, ia mencoba mencerna kata-kata Fynzhya. Sebetulnnya ia sangat bingung dengan kemarahan Fynzhya yang mendadak dan tiba-tiba. Apakah Fynzhya betul-betul marah sama dia, atau pada Rio? Ah entahlah, ia rasa cacing di perut sudah memintanya untuk pergi ke kantin. Ia berlari menuju belakang ruang waka untuk menaruh ember dan gayung kemudian segera berlari menuju kantin yng berada tak jauh dari ruang waka.
***
Waktu telah menunjukkan pukul 11.00, tanda bahwa Fynzhya harus segera berlari menuju kelas.
”Assalamualaikum”, ucapnya sembari membuka pintu kelas. Tak ada satupun yang menjawab. Ia lihati sekelilingnya kosong!. Kini ia menepuk dahinya. ”Ya ampun! Dasar pelupa! Inikan jam pelajaran TIK”, ujarnya, lalu cepat berlari kearah tangga yang berjarak 2 kelas dari kelasnya. Secepat kilat ia menaiki tangga. Kini ia menyesal, kenapa ia tadi tidak ikut bersama Rizh, Mion, dan Quinta ketika mengajaknya kembali ke kelas. ”Assalamualaikum”, ucapnya sekali lagi. Kini ia buka pintu LAB perlahan, terasa hawa dingin memasuki celah-celah bajunya.
”Ia masuk”, nampak seorang guru laki-laki bertubuh sedikit besar telah berada di dalam ruangan.
Fynzhya melihat kearah sekelilingnya, tak ada satu tempatpun yang kosong.
”Duduk di situ aja mba”, perintah gurunya, sembari menunjuk satu tempat paling belakang sebelah kiri.
Fynzhya segera berlari menuju tempat tersebut. Kemudian duduk. Fuh, ia menghela nafas lega.
”Ehm!”. terdengar suara laki-laki yang berada di sebelahnya. ”Jangan bertanya mau apa aku? Karena aku yang sampai duluan di tempat ini”.
Fynzhya menatap laki-laki itu sinis. ”Aku tak akan berbicara itu padamu Rio!”.
Rio hanya diam tak membalas. Ia hanya melihat layar komputernya yang berwarna biru.
”Ini keluaran terbaru dari google, yaitu google crome bla bla bla.....”.
Sungguh Fynzhya tak bisa menahan kantuknya, ia merasa sangat bosan, karena tentu saja ia orang yang sangat tidak bisa bila bicara tentang internet sedangkan Rio sepertinya tak terlalu memperhatikan apa yang dijelaskan. Ia sibuk mengotak-atik site yang dia buat. Maklum Rio adalah orang yang ahli pada bidang teknologi khususnya internet.
Dua jam mata pelajaran sudah berlalu, kini saatnya Fynzhya untuk ke masjid menunaikai sholat Dzuhur, ia segera berlari, mengejar Rizh, Mion dan Quinta yang sedari tadi sudah pergi. Sekarang ia percepat langkahnya melewati beberapa kelas dan dua ruang guru.
”Allahuakbar Allahuakbar”, terdengar sayu suara adzan berkumandang.
Fynzhya memasuki masjid perlahan. Ia lepas sepatu hitam serta kaos kaki putih yang ia kenakan, kemudian mengambil air wudhu. Fynzhya tak pernah menaruh alat sholatnya, dikarenakan ia sangat jarang membawanya ke sekolah. Ia lebih senang meminjam punya Mion, daripada harus membawa dari rumah.
”Hai kak”, sapa seorang gadis padanya sembari melambaikan tangannya.
Ia lihat gadis itu, tak begitu terkejut. Dara, seorang perempuan berparas tak terlalu cantik, tetapi selalu ramah padanya. Fynzhya pertama kali bertemu dengan Dara saat lomba debat yang diadakan oleh sekolah, dan dara yang termasuk panitia menjadi pemandu saat itu. ”Hai, where is your Ribbon? ”, tanya Fynzhya pada Dara menggunakan bahasa Inggris. Semenjak ia di tunjuk sebagai tentor bahasa Inggris di sekolah untuk mengajar adik kelasnya, Fynzhya harus lebih menggunakan bahasa yang akan membuat sedikit lidah terlilit.
Dara hanya tersenyum. ”Hilang ka”, ucapnya penuh penyesalan.
Fuh, ”Oke, we meet again after school, may be we meet in the canteen! ”.
”Oke kak”.
***
”Datin, can you tell me abaut unforgetable moment? ”, tanya Fynzhya pada Datin, anak muridnya kelas X-4.
“When I met Gara and Sasuke in my dream, I think that is my unforgettable moment ”, ucapnya.
“Ok thank’s, and now you Dessy, yesterday you didn’t story about your favorite object”.
Dessy hanya tersenyum, “Ia ka, saya lupa”. ”My favorite object is comic naruto, and I like sasuke and Itachi so much”.
“Nentor kah?”, tiba-tiba seorang laki-laki sudah berada di sampingnya.
”Ngapain kamu di sini”, tanya Fynzhya pada Rio.
”Ga k papa”.
Kini Fynzhya melanjutkan kegiatannya. Ia sudah tak peduli lagi dengan Rio yang mencoba mendekatinya.
“Can you describe about sasuke and Itachi, and what do you think about sasuke, More handsome than Itachi or…..? ”.
“Dia tuh punya luka di hidungnya, ganteng…..”.
”I’m sorry in English”.
”Maksa ini, kalo dia gak mau ya gak usah”, sela Rio.
Tanpa berkata apapun, Fynzhya berdiri kemudian beranjak pergi.
”Tunggu, jangan pergi”, ucap Rio menahan Fynzhya sembari menahan tangan Fynzhya. ”Jangan pergi”, ucap Rio sekali lagi.
”Kenapa kamu? Nyadar gak sih kamu Rio, kamu! pasti kamu yang ngancurin hidupku. Menghancurkan kegiatanku. Kamu yang bikin aku seperti orang gila yang selalu marah-marah gak jelas, kamu yang mendekati aku, kemudian meninggalkanku tanpa alasan! Nyadar gak sih kamu, kalau kamu deket sama cewek lain aku tuh sakit. Kamu bilang kamu suka sama aku, tapi apa maumu. Kamu bilang aku harus jadi Fynzhya yang dulu dan jangan berubah. Apalagi berubah ke jalan yang ngerusak! Nyadar gak sih, kamu yang bilang kamu gak mau aku atau kamu rusak, tapi apa hal yang sudah kamu lakukan untuk merubah dirimu biar gak rusak! Apa? Tolong jaga sikapmu terhadap cewe lain. Jangan hanya dengan aku kau menghargai seorang wanita. Berhenti menggoda semua perempuan yang berada di dekatmu. Kalau kamu suka sama aku tolong jadi yang terbaik, setidaknya di mataku.
Kamu tahu Rio, aku menyukaimu banyak rintangan dan tantangan, seluruh sahabatku melarang, seluruh sahabatku mencela. Kamu tahu setiap helaan nafas yang terasa hanya sakit, disini”, ungkap Fynzhya sembari memegang dadanya. Tak terasa, linangan air mata jatuh perlahan dari kedua mata Fynzhya. ”Kalau kamu memang masih menginginkan Fynzhya yang dulu, tinggalkan saja aku dan cari Fynzhyamu yang dulu, yang begitu bodoh, dan selalu tertipu dengan kata-kata manismu! Dulu kamu bilang aku bidadarimu, tapi...”, isaknya semakin mengeras dan cengkraman di dadanya semakin menguat. Ia seakan tak peduli dengan semua orang yang melihat adegan itu. ”kata-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar